Rangking1.
Beberapa
hari yang lalu, kening saya berkerut melihat sebuah foto beserta captionnya di
sebuah Media social. Dalam hati saya berkata ‘Masih adakah sekolah yang
menerapkan system rangking bagi siswa? dan ternyata masih banyaakkk... Postingan itu berisi gambar raport
dengan sertifikat ranking anak dan rasa bangga orang tua kepada anaknya atas
keberhasilan sang anak meraih rangking tersebut dan ‘mengalahkan’ beberapa anak
di kelasnya. Saya kemudian ingat sebuah acara di sebuah stasiun TV swasta dengan jargon 'Pinter gak tuh?' jadi artinya sebagai rangking satu, maka kepintaran kita dipertanyakan. kalau nggak pinter, artinya ada yang salah :)
Sejak
kecil anak kita sudah dibiasakan berkompetisi dan menjadi terdepan di bidang
akademik. Rasanya bangga sekali jika anak kita meraih peringkat satu di kelas
bahkan di sekolahnya. Ini sangat tipikal orang tua jaman dulu yah sebagaimana
saya mengingat ekpresi orang tua saya dulu setiap acara pembagian raport.
Sebenarnya
setiap anak diciptakan dengan kelebihannya masing-masing, sayangnya system pendidikan
kita menitikberatkan penilaian pada bidang kognitif padahal ada begitu banyak
jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anak.
Anak-anak
selalu diimingi hadiah yang besar untuk prestasi akademik yang telah dicapai
siswa bahkan menggunakan berbagai cara agar anak tersebut bisa menjadi yang
terbaik. Tidak salah memang, siapa sih orang tua yang tidak ingin anaknya
pintar dan dipuji oleh orang lain. Tapi apakah kita ingat untuk memberikan
reward ketika anak berbuat baik dengan inisiatif sendiri? Dan apakah hal itu
menjadi lebih penting daripada membina anak kita menjadi seseorang yang bisa
mengalahkan dirinya sendiri dan senantiasa menjadi lebih baik dari sebelumnya? Dengan
kata lain kecerdasan Intelektual (IQ) lebih penting daripada kecerdasan
emosional (EQ).
Kadang
juga orang tua mengikutkan anak pada berbagai lomba. Lomba ini diciptakan untuk
mengasah jiwa kompetisi anak yang sebenarnya sudah dimiliki anak bahkan jauh
sebelum lahir. Ingatkah kita bahwa setiap anak yang lahir adalah pemenang dari
ribuan sel yang berhasil membuahi indung telur?
Kegiatan
lomba akan membawa dampak positif jika tujuannya adalah untuk mencari
pengalaman dan bersosialisasi sekaligus sebagai sarana pembelajaran tapi jika
ada intervensi dari orang tua apalagi jika anak ditekan untuk menang dengan
berbagai cara sampai mengorbankan waktu bermain anak, melakukan cara yang tidak
sah dan lain sebagainya yang penting anak menjadi pemenang adalah hal yang
salah. Ini hanya akan mengajarkan anak menjadi pribadi yang egois, sulit
bekerjasama, tidak bisa menerima saran dan nasehat dari orang lain.
Jika
ingin mengikutkan anak dalam kegiatan lomba hendaknya berasal dari keinginan
anak, orang tua hanya mengarahkan dan memotivasi anak. Jika anak kelihatan
bosan dan mulai tidak bersemangat maka orang tua harus mengevaluasi kegiatan
anak.
Yang
paling penting dalam kompetisi adalah anak diajarkan untuk menerima bahwa kadang
kita kalah atau gagal dan harus menerimanya dengan lapang dada karena dalam
perjalanan kehidupannya nanti akan ada masa dimana ia tidak bisa mendapat
keinginannya. Agar dapat belajar menerima kegagalan, anak perlu untuk menghargai
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri dan orang lain. Sudah banyak kejadian
sekarang dimana demi sebuah jabatan orang saling sikut untuk mencapainya dan
saat sudah di atas bukannya bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai
kesuksesan atau membantu orang yang ada dibawahnya untuk sukses tapi malah
senang jika melihat orang lain susah dan dia selalu menang karena semua orang
dianggap saingan, bukan rekan kerja.
Kembali
pada system Rangking ini, saat anak-anak merasa bahwa dirinya lebih hebat dari
anak lain, mereka menjadi cepat berpuas diri dan menjadi malas mengasah potensi
lebih dari diri mereka atau kemungkinan lainnya ia menjadi sombong.
Saya
kemudian berandai-andai jika suatu saat acara penamatan yang diberikan
penghargaan bukan hanya siswa yang memiliki nilai tertinggi untuk suatu mata
pelajaran tapi juga di bidang keterampilan lainnya juga keterampilan social misalnya
‘Siswa
yang paling senang menolong teman’, ‘Pemimpin yang bijaksana,’
Pecinta
lingkungan’ , ‘Siswa yang paling taat beribadah’, ‘Siswa
yang patuh dan taat pada Guru dan Orang tua’. Alangkah Indahnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar